Penanganan Susu
PENANGANAN SUSU YANG BAIK
Menurut
Saleh (2004), Penanganan susu segar sangat diperlukan untuk memperlambat
penurunan kualitas susu atau memperpanjang massa simpan susu. Cara penanganan
air susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut:
1. Air
susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga jangan
sampai susu tersebut berbau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama
jika keadaan ventilasi kandang tidak baik.
2. Air
susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih
dan bersih, susu tersebut disaring langsung dalam milk can. Segera
setalah selesai penyaringan milk can tersebut ditutup rapat. Kain
penyaring harus dicuci bersih dan digodok kemudian dijemur. Bila kain penyaring
tersebut hendak dipakai kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu.
3. Tanpa
menghiraukan banyaknya kuman yang telah ada, air susu perlu didinginkan secepat
mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 4oC–7oC
selama 2 atau 3 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya kuman yang
terdapat didalam air susu. Bila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan
tersebut dilakukan dengan menggunakan balok es, dalam hal ini milk
can yang telah berisi susu dimasukkan kedalam bak yang berisi es balok dan
ditutup rapat.
Kontaminasi susu
perlu dicegah sedini mungkin dengan menjaga kebersihan dan kesehatan hewan
perah. Agar susu yang diproduksi terjaga kebersihannya dan lebih tahan lama
dari kerusakan. Maka dapat dilakukan beberapa penanganan air
susu,
antara lain:
1. Pendinginan
Susu. Pendinginan susu bertujuan agar terjadi penurunan suhu susu dari suhu
ambing 37ºC ke berbagai suhu yang lebih rendah untuk menahan mikroba perusak
susu agar jangan berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan dalam
waktu yang relatif singkat. Pendinginan susu biasanya menggunakan lemari es
atau alat pendingin khusus yang suhunya di bawah 5°C.
2. Pasteurisasi
Susu. Pasteurisasi susu adalah pemanasan susu di bawah temperatur didih
denganmaksud hanya membunuh kuman ataupun bakteri patogen, sedangkan
sporanyamasih dapat hidup. Ada 3 cara pasteurisasi yaitu: Pasteurisasi lama
(law temperature, long time), Pasteurisasi singkat (high temperature, short
time), dan Pasteurisasi dengan Ultra High Temperature (UHT).
Pengolahan Susu
Susu dapat di olah
menjadi berbagai macam produk olahan, di antaranya :
· Susu
Pasteurisasi
· Susu
Evaporasi
· Susu
Sterilisasi/UHT
· Susu
Fermentasi
· Yoghurt
· Ice
Cream
· Mentega/Butter
· Keju/Cheese
· Susu
Bubuk/Milk Powder
Dari berbagai
macam produk olahan susu perlu diingat bahwa apapun macam produk olahan susu,
selalu diawali dengan proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi adalah proses
pamanasan susu untuk membunuk mikroba – mikroba yang mencemari susu. Selain
pasteurisasi, perlakuan panas yang sering digunakan untuk pengolahan susu
adalah strilisasi dan UHT (Ultra High Temperature).
Pasteurisasi
susu adalah pemanasan susu dibawah temperatur didih dengan maksud hanya
membunuh kuman ataupun bakteri patogen, sedangkan sporanya masih dapat
hidup. Ada 3 cara pasteurisasi yaitu :
a. Pasteurisasi
lama (low temperature, long time). Pemanasan susu dilakukan pada temperatur
yang tidak begitu tinggi dengan waktu yang relatif lama (pada temperatur 62-65
°C selama 1/2 -1 jam).
b. Pasteurisasi
singkat (High temperature, Short time). Pemanasan susu dilakukan pada
temperatur tinggi dengan waktu yang relatif singkat (pada temperatur 85 - 95 °C
selama 1 - 2 menit saja)
c. Pasteurisasi
dengan Ultra High Temperature (UHT). Pemasakan susu dilakukan pada
temperatur tinggi yang segera didinginkan pada temperatur 10 °C (temperatur
minimal untuk pertumbuhan bakteri susu). Pasteurisasi dengan UHT dapat pula
dilakukan dengan memanaskan susu sambil diaduk dalam suatu panci pada suhu 81
°C selama ± 1/2 jam dan dengan cepat didinginkan. Pendinginan dapat dilakukan
dengan mencelupkan panci yang berisi susu tadi ke dalam bak air dingin yang
airnya mengalir terns menerus
Sterilisasi susu
adalah proses pengawetan susu yang dilakukan dengan cara memanaskan susu sampai
mencapai temperatur di atas titik didih, sehingga bakteri maupun kuman berikut
sporanya akan mati semua.Pembuatan susu sterilisasi dapat dilakukan dengan
cara:
a. Sistem
UHT yaitu susu dipanaskan sampai suhu 137 °C - 140 °C selama 2 - 5 detik.
b. Mengemas
susu dalam wadah hermetis kemudian memanaskannya pada suhu 110 -
121 °C selama 20 - 45 detik.
MENYIMPAN SUSU DENGAN BENAR
·
Simpanlah susu dalam keadaan tertutup
rapat. Simpan susu dalam lemari es pada suhu 1 sampai 4 derajat Celsius. Ingat,
letakkan susu di tengah lemari es, dan bukan di pintu kulkas agar suhunya
selalu tetap stabil.
·
Salah satu cara menyimpan susu dalam porsi
banyak adalah memasukkannya ke dalam wadah yang tertutup rapat, lalu
menyimpannya di dalam kulkas pada suhu 10 sampai 15 derajat Celsius.
·
Ada baiknya konsumsi susu cair dalam
kemasan yang telah terbuka di hari yang sama. Kebiasaan menuang susu kemudian
memasukkan lagi dalam kulkas selama berhari-hari akan menyebabkan susu rusak
karena terkontaminasi bakteri. Akibatnya, susu jadi asam saat dikonsumsi
kembali.
·
Susu kental manis yang di buka kemasannya
bisa disimpan di dalam kulkas, tapi pastikan tidak mengonsumsinya setelah 8
hingga 20 hari berikutnya.
·
Jangan lupa untuk selalu mengecek masa
kadaluwarsa susu ketika membelinya atau setelah beberapa hari
penyimpanan.
CARA PENGEMASAN PADA SUSU
Pengisian dan
penyegelan makanan susu tergantung dengan cara pengolahannya. Ada tiga cara
pengolahan yang umum dilakukan pada susu, yaitu pasteurisasi, sterilisasi,
dan Ultra High Temperature (UHT)-aseptik. Kualitas dari susu
pasteurisasi tergantung kepada kondisi aseptik dari mesin pengemas. Packaging
pada susu dibagi menjadi dua jenis, yaitu returnable container dan single
service container.
Returnable Container
Cara ini biasa
digunakan bagi susu pasteurisasi dan sterilisasi karena susu yang diolah dengan
cara ini hanya tahan disimpan untuk beberapa hari saja. Pasteurisasi biasanya
hanya tahan untuk 7-16 hari sedangkan sterilisasi dapat tahan sampai dengan 3
minggu. Susu pasteurisasi dapat menggunakan botol dan kaleng, sedangkan susu
sterilisasi hanya menggunakan botol.
Dasar sistem
menggunakan returnable container adalah pengumpulan
kontainer kosong dan pencucian sebelum mengisi ulang. Penyimpanan kontainer
yang belum dicuci biasanya penting dan dapat diperpanjang semalam sehingga pencucian
dan pengisian operasi berikutnya dapat dimulai di pagi hari sebelum pasokan
kontainer kosong yang belum dicuci lainnya tiba. Setelah dicuci, container
berbentuk kaleng dapat disimpan karena memiliki tutup sedangkan botol tidak
karena botol-botol ini tidak memiliki tutup sehingga dapat terkontaminasi oleh
udara. Biasanya, penyimpanan dilakukan setelah kaleng-kaleng dan botol-botol
tersebut diisi sehingga distribusi dapat dilakukan dengan lebih fleksibel.
Volumetric
fillers lazim digunakan dalam pengisian bahan
makanan yang berbentuk cairan, termasuk susu. Pengisian dapat dilakukan dengan
pengaturan in-line maupun carousel (atau
rotasi). Filler harus dapat mengisi container dengan
akurat tanpa spoilage dan tanpa kontaminasi dari proses
penyegelan.
Kontainer dengan
segel tidak diisi sepenuhnya. Ruang kosong pada bagian atas kontainer
diperlukan untuk memciptakan kondisi vakum parsial. Kondisi ini mereduksi
perubahan tekanan di dalam kontainer selama proses dan mereduksi reaksi
oksidatif produk selama penyimpanan. Botol dan kaleng seharusnya memiliki ruang
kosong sekitar 6-10% dari keseluruhan volume kontainer pada temperatur normal
penyegelan.
Susu yang diisi
biasanya masih berupa susu dengan pemrosesan yang minim. Pasteurisasi maupun
sterilisasi susu biasanya dilakukan setelah kontainer diisi dan disegel untuk
menghindari kontaminasi yang mungkin terjadi. Penyegelan pada botol susu
biasanya memakai segel normal, seperti tutup dari alumunium foil atau cork
stopper dari tembaga atau alumunium. Sedangkan tutup pada kaleng susu
biasanya disegel dengan double seam.
Botol dengan
leher lebar (36-40 mm), cocok untuk disegel dengan tutup alumunium
foil adalah sistem yang paling sering digunakan untuk pengemasan susu
pasteurisasi dalam returnable container. Sedangkan botol yang
digunakan untuk susu sterilisasi mempunyai leher yang lebih ramping (26 mm)
sehingga segel yang efektif dapat dibuat. Prefabricated crown
seal digunakan untuk menyegel botol-botol ini.
Botol gelas sebagai selah satu jenis returnable container
Saat susu dalam
botol dipanaskan dan memuai selama pemanasan lebih dari botol, udara di atas
susu terkompresasi dan tekanan di dalam botol melebihi tekanan di luar.
Kontraksi susu saat didinginkan dibawah temperatur pengisian menyebabkan
terbentuknya ruang vakum di atas susu. Ruang vakum ini dapat menyebabkan
kontaminasi melalui segel di antara botol dan tutupnya. Oleh karena itu, sangat
penting bagi segel untuk benar-benar rapat.
Kaleng susu dari
alumunium biasanya memiliki tutup yang tidak memerlukan gasket karet,
penyegelan cukup dilakukan dengan sunken grip ataupun mushroom
lids. Oleh karena masalah pencucian mekanik, tutup yang dirantai pada
kaleng tidak lagi digunakan.
Single Service Container
Seluruh produk
yang dikemas dalam single service container dapat langsung
dibuang setelah cairan di dalamnya selesai dikonsumsi. Dua tipe dasar dari
kontainer ini terbuat dari karton dan sachet plastik
(kantong). Bahan dasar yang lazim digunakan adalah polietilen (PE), baik yang
berdensitas rendah maupun tinggi.
Pada susu
pasteurisasi, karton dibuat secara kontinyu dari plastic coated paperyang
dibentuk menjadi sebuah tube. Tube diisi
secara kontinyu dengan susu yang telah dipasteurisasi. Segel treansvers dibuat
pada sudut yang tepat di atas ketinggian susu sehingga tidak ada ruang kosong
dan bentuk kemasan menjadi tetrahedron.
Pada susu UHT (Ultra
High Temperature), karton diproduksi secara kontinyu dari plastic
coated paper yang telah disterilisasi secara kimia dan termal sebelum
dibentuk menjadi tube. Tube diisi secara kontinyu oleh susu
hasil UHT, kemudian disegel di atas level cairan dan dibentuk menjadi bentuk
rektangular.
Karton susu
sebagai salah satu jenis single-service ontainer
Pada susu
pasteurisasi dalam sachet, sachet dibuat secara kontinyu
dari film polietilen dengan ketebalan 70-90 mikrometer. Mesin membentuk film
menjadi silinder dengan penyegelan panas vertikal, kemudian menjadi kantong
dengan segel horizontal pada bagian bawah. Setelah itu kantong diisi dengan
susu pasteurisasi dari small balance tank. Sebuah keran
dengan kontroler waktu digunakan untuk mengisi tube dengan jumlah susu yang
sama. Penyegel transvers dibuat di atas level susu. Setelah pengisian dan
penyegelan bagian atas kantong, dilakukan pemotongan untuk menghasilkan
satu sachet susu.
Untuk kemasan
10-20 liter susu, kemasan yang dipakai adalah kemasan yang mudah untuk dibuang,
khusus dibuat untuk penggunaan bersama. Kemasan ini memiliki segel berupa screw
cap.
Komentar
Posting Komentar