SNI Telur
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan
sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Bertambahnya jumlah
penduduk dan meningkatnya pendapatan ekonomi serta kesadaran masyarakat tentang
pentingnya gizi, maka kebutuhan masyarakat terhadap telur terus meningkat.
Telur merupakan bahan pangan dengan struktur fisik
yang khas, dan tersusun atas 3 bagian yaitu kulit, kantung udara, dan isi yang
terdiri dari putih telur dan kuning telur. Komposisi telur secara fisik terdiri
dari 10 % kerabang (kulit telur/cangkang), 60 % putih telur, dan 30 % kuning
telur. Terdapat 4 lapisan putih telur, yaitu bagian luar cairan (lapisan
tipis), bagian viscous cairan (lapisan tebal), bagian dalam cairan
(lapisan tipis), dan bagian lapisan kecil padat mengelilingi membrane vitelin kuning telur disebut chalaza
untuk mempertahankan posisi yolk (Sarwono, 2001).
Sifat - sifat telur yang perlu diketahui adalah: 1)
kulit telur sangat mudah pecah, dan tidak dapat menahan tekanan mekanis yang
besar sehingga telur tidak dapat diperlakukan secara kasar pada suatu wadah dan
2) telur tidak mempunyai bentuk dan ukuran yang sama besar sehingga bentuk
elipsnya memberikan masalah untuk penanganan secara mekanis dalam suatu sistem
yang kontiniu (Nuryati, dkk. 2000).
Standar mutu telur ayam perlu diterapkan dalam
pemasaran telur terutama untuk memudahkan konsumen dalam menentukan pilihan
sehingga dapat memberikan kepuasan dan kepastian mutu untuk konsumen.
Berdasarkan SNI 01-3926-2006 telur ayam konsumsi segar adalah telur ayam yang
tidak mengalami proses pendinginan dan tidak mengalami penanganan pengawetan
serta tidak menunjukkan tanda - tanda pertumbuhan embrio yang jelas, kuning
telur belum tercampur dengan putih telur utuh dan bersih.
Mutu akhir telur ditentukan oleh : 1) kulit telur
yaitu keutuhan, bentuk, kelicinan dan kebersihan, 2) kantong udara yaitu
kedalaman rongga udara dan kebebasan bergerak, 3) keadaan putih telur yaitu
kekentalan dan kebersihan, 4) keadaan kuning telur yaitu bentuk posisi,
penampakan batas dan kebersihan dan 5) bau telur yang khas (SNI 01-3926-2006).
Agar kesehatan tetap terjaga, telur yang dikonsumsi
masyarakat harus sesuai dengan SNI meliputi mutu fisik telur yaitu ukuran
(berat, panjang, dan lebar), warna (putih, agak kecoklatan, coklat), kondisi
kulit telur (tipis dan tebal), bentuk (bulat dan lonjong) dan kebersihan kulit
telur.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
mengetahui mutu fisik telur ayam ditinjau dari SNI 01-3926-2006 dan SNI 06-3926-1995.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Telur
Telur adalah suatu tempat penimbunan zat gizi seperti
air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
pertumbuhan embrio sampai menetas. Selain itu telur dengan kerabangnya
berfungsi sebagai pelindung embrio (Suprapti, 2002). Telur terdiri dari enam
bagian yang penting yaitu kerabang telur (shell), selaput kerabang telur
(shell membranes), putih telur (albumin), kuning telur (yolk),
tali kuning telur (chalazae), dan sel benih (germinal disc)
(Sudaryani, 2000).
Berdasarkan SNI
06-3926-1995 , klasifikasi standar telur ayam didasarkan pada :
1) Jenis
telur.
Jenis telur dibedakan telur ayam ras dan
telur ayam bukan ras (buras).
2) Warna
kerabang (kulit telur).
Warna
kerabang dibedakan warna putih dan coklat.
3) Berat
telur.
Untuk telur ayam ras
dibed akan :
a) Telur ekstra besar dengan berat lebih
daari 60 gram.
b) Telur besar dengan
berat 56 - 60 gram.
c) Telur kecil dengan
berat 46 - 50 gram.
d) Telur ekstra kecil
dengan berat kurang dari 46 gram.
Untuk telur ayam buras digolongkan sebagai
telur ekstra kecil pada ayam ras.
Mutu
Telur
Mutu telur ditentukan oleh mutu bagian luar dan mutu
bagian dalam. Mutu bagian luar meliputi bentuk dan warna kulit, permukaan
telur, keutuhan dan kebersihan kulit telur. Mutu bagian dalam meliputi
kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur dan ada tidaknya noda
atau bintik darah pada putih atau kuning telur (SNI 01-3926-2006).
MutuTelur
Bagian Luar
Menurut Sudaryani 2000, mutu telur sebelah luar
ditentukan oleh kondisi kulit telur. Berikut ini beberapa parameter yang dapat
dijadikan ukuran untuk menentukan mutu telur sebelah luar.
Bentuk Telur
Bentuk telur yang baik adalah proporsional, tidak
benjol - benjol, tidak terlalu lonjong dan tidak terlalu bulat (SNI
01-3926-2006). Bentuk telur umumnya bulat sampai lonjong, perbedaan bentuk itu
dapat terjadi karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain sifat
genetis (keturunan), umur hewan sewaktu bertelur dan sifat biologis sewaktu
bertelur (Elias, 1996).
Warna Kulit
Warna kulit telur ayam ada dua yaitu putih dan coklat.
Perbedaan warna kulit tersebut disebabkan adanya pigmen cephorpyrin yang
terdapat pada permukaan kulit telur yang berwarna coklat. Kulit telur yang
berwarna coklat relatife lebih tebal dibandingkan dengan kulit telur yang
berwarna putih. Ketebalan kulit telur berwarna coklat rata - rata adalah 0,51
mm, sedangkan kulit telur berwarna putih adalah 0,44 mm (SNI 01-3926-2006).
Kondisi Kulit Telur
Kondisi kulit telur dapat dilihat dari tekstur dan
kehalusannya. Mutu telur akan semakin baik jika tekstur kulitnya halus dan
keadaan kulit telurnya utuh serta tidak retak (SNI 01-3926-2006). Menurut Hadi
(2005), telur yang baik mempunyai kulit yang rata, tidak bernoda atau bintil - bintil.
Kondisi kerabang telur dapat dilihat dari tekstur dan kehalusannya. Kualitas
telur akan semakin baik jika tekstur kerabangnya halus dan keadaan kerabang
utuh dan tidak retak (Sudaryani, 2000). Keadaan kulit telur dengan permukaan
kasar, retak dan kotor akan mempengaruhi mutu dalam telur tersebut karena kulit
telur memiliki pori - pori yang memyebabkan udara dan kotoran dapat masuk kedalam
telur.
Kebersihan Kerabang Telur
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), kerabang telur
merupakan bagian telur yang paling luar dan paling keras. Kerabang yang tidak
bersih dan sedikit rusak seperti berlubang atau retak menyebabkan mikroba akan
mudah masuk kedalam telur sehingga telur menjadi busuk.
Perlakuan pembersihan bertujuan untuk menghilangkan
kotoran dari permukaan kulit telur. Hal yang perlu diperhatikan dalam pencucian
kulit telur adalah sifat berpori kulit telur dan sifat mengembang dan kontraksi
isi telur. Mutu telur semakin baik jika kulit telur dalam keadaan bersih dan
tidak ada kotoran apa pun yang menempel (Sarwono, 2001). Menurut Sudaryani
(2000), kondisi kerabang telur dapat dilihat dari tekstur dan kehalusannya.
Kualitas telur akan semakin baik jika tekstur kerabangnya halus dan keadaan
kerabang utuh dan tidak retak.
Mutu Telur Bagian
Dalam (Isi Telur)
Menurut Sudaryani (2000), untuk menentukan mutu isi
telur dapat dilihat dari bagian telur disebelah dalam. Beberapa faktor yang
menentukan mutu isi telur di antaranya kondisi ruang udara, kuning telur dan
putih telur.
Ruang Udara
Berdasarkan
SNI 01-3926-2006 telur yang segar memiliki ruang udara yang lebih kecil
dibandingkan telur yang sudah lama. Berdasarkan kedalaman ruang udaranya, mutu
telur dapat dikelompokkan atas :
a)
Mutu I, memiliki kedalaman ruang udara 0,5 cm.
b)
Mutu II, memiliki kedalaman ruang udara 0,5-0,9 cm.
c)
Mutu III, memiliki kedalaman ruang udara 1 cm atau lebih.
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), terjadinya ruang
udara atau pemisahan membran kulit luar dan dalam disebabkan oleh perubahan
suhu. Telur yang segar memiliki kantong udara yang lebih kecil dibandingkan
telur yang sudah lama. Kantong udara dapat dijadikan sebagai petunjuk umur pada
telur, makin besar kantong udara umur telur relatife makin lama.
Kuning Telur
Kuning telur berbentuk bulat, bewarna kuning sampai
jingga. Kuning telur terbungkus oleh selaput tipis yang sangat kuat dan elastis
yang disebut membran vitelin. Telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak
cacat, bersih dan tidak terdapat pembuluh darah. Selain itu, di dalam kuning
telur tidak terdapat bercak daging atau bercak darah Kuning telur yang memiliki
mutu baik adalah bersih dan tidak ada bercak atau noda darah yang menempel di
kuning telur (Elias, 1996).
Menurut SNI 01-3926-2006 bentuk posisi kuning telur
kategori mutu I
adalah
kuning telur berbentuk bulat, bentuk posisi kuning telur kategori mutu II
adalah
kuning telur agak gepeng dan bentuk posisi kuning telur mutu III adalah
kuning
telur gepeng, agak melebar dan terkadang bisa pecah.
Putih Telur
Putih telur terdapat antara selaput telur dengan
kuning telur Putih telur terdiri dari putih telur encer dan putih telur kental.
Fungsi putih telur adalah sebagai tempat utama menyimpan makanan dan air dalam
telur untuk digunakan secara sempurna selama penetasan (Anonimus, 2009 Putih telur
dari telur yang segar adalah tebal dan diikat kuat oleh kalaza. Telur mutu I,
mempunyai putih telur yang bebas dari titik daging atau titik darah (SNI 01-3926-2006).
Haugh Unit (HU)
Haugh Unit (HU) merupakan satuan yang digunakan untuk
mengetahui kesegaran isi telur terutama bagian putih telur, yang didasarkan
pada ketebalan albumin. Besarnya Haugh Unit dapat ditentukan dengan
menggunakan table konversi. Semakin tinggi nilai HU menunjukkan bahwa kualitas
telur itu semakin baik (Sudaryani, 2000). Perbandingan tinggi dan berat yang
terukur diberi penilaian mulai dari 20-100 atau lebih. Menurut SNI 01-3926-2006
kesegaran telur dibedakan atas :
a)
Mutu I, memiliki nilai HU >72.
b)
Mutu II, memiliki nilai HU 62-72.
c)
Mutu III, memiliki nilai HU < 60.
Syarat Standarisasi Telur
Persyaratan standarisasi telur
yang harus diperhatikan yaitu :
a) Kebersihan telur.
Standar
telur ayam segar untuk konsumsi harus bersih. Jika telur kotor boleh
dibersihkan dengan kain lap yang bersih dan kering. Jika telur terpaksa harus
dicuci maka dilakukan dengan cara yang benar yaitu :
1)
Air pencuci harus hangat (suhu 35°C) dan bersih.
2) Harus menggunakan deterjen khusus untuk telur atau
senyawa Cl (clorine compound).
3)
Setelah dicuci harus segera dikeringkan (dapat digunakan alat pengering).
b) Bahan pembantu.
Bahan
pembantu yang diguanakan harus bersifat tidak membahayakan kesehatan, tidak
berbau, tidak menjadi medium pertumbuhan mikroba dan tidak menurunkan kualitas
telur.
a) Pengemasan
Jika
akan mengemas telur, maka perlu diperhatikan persyaratan pengemasan sebagai
berikut :
1) Bahan
kemasan yang digunakan tidak beracun maupun mengeluarkan bau.
2) Bahan
kemasan harus melindungi kerabang dari tekanan - tekanan dari luar yang
mengakibatkan kerusakan.
3)
Pada kemasan harus dicantumkan :
a) Nama
perusahaan.
b) Bobot telur dan
jumlah butir yang ada dalam kemasam.
c) warna kerabang
telur.
d) Tingkatan mutu.
e) Jenis telur.
4) Telur dalam
satu kemasan harus mempunyai tingkatan mutu yang sama dan tingkatan bobot yang
sama.
Tabel 1.
Ternak dan berat telur (gram/ butir) masing – masing ternak.
No.
|
Ternak
|
Berat Telur (gram/ butir)
|
1.
|
Ayam kampung
|
45 – 50 gram/ butir
|
2.
|
Telur ayam negeri ( ayam ras )
|
55 – 65 gram/ butir
|
3.
|
Puyuh
|
15 – 20 gram/ butir
|
4.
|
Bebek
|
55 – 75 gram/ butir
|
5.
|
Angsa
|
± 155 gram/ butir
|
6.
|
Burung onta
|
20 – 24 kali berat telur ayam
|
Standar Mutu Telur
Menurut
U.S. Egg Grading Manual, penilaian kualitas telur terbagi menjadi dua bagian
yakni, penilaian eksterior (bagian luar) dan interior (bagian dalam) telur.
Penilaian eksterior telur meliputi ukuran, bentuk, dan kebersihan cangkang
sedangkan penilaian interior telur dilihat dari kondisi kantong udara, putih (albumen) dan kuning telur (egg yolk). Di Indonesia, kualitas telur
konsumsi diatur dalam Standar Nasiional Indonesia (SNI) 01-3926-1995 dengan
parameter yang sama seperti U.S Egg Grading Manual. Penilaian eksterior
dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi penampakan telur secara kasat
mata, sedangkan penilaian interior dilakukan dengan cara meneropong atau candling, di sortir manual satu per
satu.
Penentuan
mutu telur menurut U.S. Egg Grading
Manual dan Standar Nasional Indonesia (SNI ) yaitu :
a)
Kualitas AA (Mutu
I)
Kondisi telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan
bentuknya normal. Kedalaman kantung udara tidak boleh lebih dari 3,2 mm (SNI :
< 0,5 cm). Putih telur harus bersih, kental dan stabil, dengan konsistensi
seperti gelatin, Ketika diteropong, kuning telur tidak bergerak - gerak,
berbentuk bulat, terletak ditengah telur dan bersih dari bercak darah atau noda
apapun.
b)
Kualitas A (Mutu
II)
Cangkang telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan
bentuknya normal. Kedalaman rongga udara tidak boleh lebih dari 4,8 mm (SNI :
0,5-0,9 cm). Putih telur harus bersih, dan kental. Kuning telur berbentuk
bulat, posisinya di tengah, harus bersih, dan tidak ada bercak atau noda.
c)
Kualitas B (Mutu
III)
Cangkang bersih, tidak boleh retak, agak kasar, dan
mungkin bentuknya abnormal. Kantung udara lebih dari 1,6 mm (SNI : > 1 cm). Putih telur encer,
sehingga kuning telur bebas bergerak saat diteropong. Ada noda sedikit, tetapi
tidak boleh ada benda asing lainnya dan bagian kuning belum tercampur dengan
putih. Kuning telur terlihat gepeng (pipih) bentuknya, agak melebar, bintik
atau noda darah mungkin ada, tetapi diameternya tidak boleh lebih dari 3,2 mm.
PEMBAHASAN
Mutu
Fisik Telur Ayam Ras
Ukuran Telur Ras
Ukuran telur dilihat dari nilai rata - rata dan
standar deviasi berat telur, diameter telur dan panjang telur. Ukuran telur
ayam ras yang diamati pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Nilai rata - rata dan Standar Deviasi Berat Telur, Panjang Telur, Diameter
Telur Ayam Ras yang Diamati.
Ukuran Telur
|
Rata - rata
|
Standar Deviasi
|
Berat
Telur (g)
|
55,89
|
8,73
|
Diameter
Telur (cm)
|
3,88
|
0,54
|
Panjang
Telur (cm)
|
5,14
|
0,55
|
Diameter Telur
Hasil penelitian didapatkan rata - rata diameter telur
ayam ras yang diamati adalah 3,88 cm dengan standar deviasi 0,54. Berdasarkan
hasil uji t diketahui diameter telur ini lebih besar dari diameter telur ayam
ras menurut SNI 01-3926-2006 yaitu 3,5cm. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi besarnya telur yaitu umur, sifat keturunan, umur pembuahan dan
perubahan musim (Nuryati, 2000). Menurut Riyanto (2001) umumnya diameter telur
yang normal yaitu 4,2 cm. Teknik pengukuran diameter telur dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Teknik
Pegukuran Diameter Telur
Panjang Telur
Rata - rata panjang telur yang didapat dari hasil
penelitian adalah 5,14 cm dengan standar deviasi 0,55. Menurut Riyanto (2001)
umumnya pada panjang telur ayam ras adalah 5,7 cm. Teknik pengukuran panjang
telur dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Teknik
Pengukuran Panjang Telur
Keadaan
Kerabang Telur
Keadaan kerabang telur ayam ras diamati melalui
keutuhan, bentuk, warna, kelicinan dan kebersihan. Keadaan kerabang telur ayam
ras yang diamati pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Keutuhan Kulit, Bentuk, Warna, Kelicinan dan Kebersihan Kerabang
Telur
Ayam Ras yang Diamati.
Keadaan Kerabang Telur
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu III
|
|||
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
|
Keutuhan
|
200
|
100,0
|
0
|
0,0
|
0
|
0,0
|
Bentuk
|
195
|
97,5
|
0
|
0,0
|
5
|
2,5
|
Warna
|
200
|
100,0
|
0
|
0,0
|
0
|
0,0
|
Kelicinan
|
148
|
74,0
|
52
|
26,0
|
0
|
0,0
|
Kebersihan
|
133
|
66,5
|
67
|
33,5
|
0
|
0,0
|
Keutuhan Kerabang Telur
Hasil penelitian menunjukkan keutuhan kerabang telur
ayam ras yang diamati semuanya (100 %) termasuk kategori mutu I. Keutuhan
kerabang telur ayam ras kategori mutu I menurut SNI 01-3926-2006 adalah
kerabang telur masih dalam keadaan utuh. Telur ayam ras diamati memiliki
keutuhan yang bagus karena perawatan dan penjagaan yang baik. Telur yang retak
dan pecah dipisahkan dari telur yang kulitnya masih bagus. Berdasarkan SNI
01-3926-2006 telur yang utuh dan bagus adalah telur yang tidak pecah dan tidak
ada keretakan di setiap bagian kulitnya. Kulit telur sangat mudah pecah dan
retak karena tidak dapat menahan tekanan mekanis yang besar sehingga telur
tidak dapat diperlakukan secara kasar (Hadi,2005).
Bentuk Kerabang Telur
Hasil penelitian menunjukkan bentuk kerabang telur
ayam ras yang diamati (97,5 %) adalah termasuk kategori mutu I dan sisanya 2,5 %
masuk kategori mutu III. Menurut SNI 01-3926-2006 bentuk kerabang telur
kategori mutu I adalah kerabang telur memiliki bentuk yang normal yaitu tidak
pecah, tidak retak, halus dan berbentuk oval, dan kategori mutu III adalah
kerabang telur retak, permukaan kasar, dan berbentuk abnormal.
Menurut Sudaryani (2000) kondisi kerabang telur dapat
dilihat dari tekstur dan kehalusannya. Kualitas telur akan semakin baik jika
tekstur kerabangnya halus dan keadaan kerabang utuh dan tidak retak.
Warna Kerabang
Hasil penelitian menunjukkan warna kerabang telur ayam
ras yang diamati semua (100 %) termasuk kategori mutu I yaitu berwarna coklat.
Berdasarkan SNI 01-3926-2006 telur yang bagus mempunyai warna kerabang coklat.
Terdapat tiga warna telur ayam ras yaitu putih, agak kecoklatan dan coklat.
Telur yang berwarna coklat lebih bagus dari telur yang berwarna putih karena
memiliki kerabang yang lebih tebal. Ketebalan kerabang telur yang berwarna
coklat adalah 0.55 mm dan telur yang berwarna putih adalah 0,44 mm (SNI
01-3926-2006).
Kelicinan Kerabang
Data hasil penelitian menunjukkan kelicinan kerabang
telur ayam ras yang diamati sebagian besar (74 %) berada pada kategori mutu I
dan sisanya (26 %) pada kategori mutu II. Kelicinan kerabang telur kategori mutu I menurut SNI 01-3926-2006
adalah telur memiliki kerabang yang licin atau halus dan tidak terdapat bitnik -
bintik atau benjolan. Kategori mutu II menurut SNI 01-3926-2006 adalah ada
bagian - bagian yang kasar pada kerabang telur dan kategori mutu III adalah
telur memiliki kerabang yang kasar. Terdapatnya bitnik - bintik dan benjolan
pada kerabang telur ayam ras disebabkan telur tersebut tidak dibersihkan
terlebih dahulu sebelum dijual.
Berdasarkan SNI 01-3926-2006 telur yang memiliki
kelicinan yang baik adalah telur yang bersih dan tidak berbintik - bintik atau
benjol - benjol. Telur yang terlalu lama disimpan di udara terbuka akan mudah
rusak. Warna kulitnya terlihat agak keruh dan pada permukaan kulit muncul bitnik
- bintik hitam. Telur yang baik mempunyai kulit yang rata, tak bernoda atau
berbintilbintil (Hadi, 2005).
Kebersihan Kerabang
Hasil
penelitian diketahui kebersihan kerabang telur ayam ras yang diamati 66,5 %
berada pada katagori mutu I dan sisanya 33,5 % pada katagori mutu II.
Kebersihan kerabang telur ayam ras kategori mutu I menurut SNI 01-3926-2006
adalah kerabang telur bersih dan bebas dari kotoran atau noda yang menempel,
mutu II ada sedikit noda yang menempel, dan mutu III banyak noda dan kotoran yang
menempel. Kotoran dan bercak darah pada kerabang telur disebabkan karena telur
tidak dibersihkan dahulu sebelum dipasarkan atau dijual. Menurut SNI 3926-2006
kerabang telur harus bersih dari kotoran dan darah karena kotoran dan
kontaminasi bakteri dapat mengakibatkan telur membusuk.
Keadaan
Kantong Udara
Keadaan kantong udara telur diamati melalui kedalaman
kantong udara dan kebebasan bergerak. Data keadaan kantong udara telur ayam ras
yang diamati pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4. Keadaan Kantong Udara Telur Ayam Ras yang Diamati.
Keadaan Kantong Udara
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu III
|
|||
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
|
Kedalaman kantong udara
|
153
|
76,5
|
45
|
22,5
|
2
|
1
|
Kebebasan Bergerak
|
192
|
96
|
4
|
2
|
4
|
2
|
Kedalaman
Kantong Udara
Berdasarkan data pada tabel 4 diketahui kedalaman
kantong udara telur ayam ras yang diamati sebagian besar (76.5 %) termasuk kategori
mutu I, sisanya 22.5 % termasuk kategori mutu II dan 1 % kategori mutu III.
Menurut SNI 01-3926-2006 kedalaman kantong udara telur ayam ras kategori mutu I
adalah < 0,5 cm, mutu II 0,5 - 0,9 cm, dan mutu III > 1 cm. Makin rendah
mutu telur, makin tinggi kedalaman kantong udara. Hal ini disebabkan oleh
menguapnya air dalam telur. Nilai rata-rata dan standar deviasi kedalaman
kantong udara telur ayam ras yang diamati dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel
5. Nilai rata - rata dan Standar Deviasi Kedalaman Kantong Udara Telur
Ayam
Ras yang Diamati.
|
Rata – rata
|
Standar Deviasi
|
Kedalaman Kantong Udara
|
0,39
|
0,16
|
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai rata - rata
kedalaman kantong udara telur ayam ras
yang diamati adalah 0,39 cm dengan standar deviasi 0,16. Hasil uji t menunjukkan
kedalaman kantong udara telur ayam ras yang diamati berbeda tidak nyata dengan
nilai kedalaman kantong udara telur ayam ras kategori mutu I menurut SNI
01-3926-2006 yaitu 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa kedalaman kantong udara telur
ayam ras yang diamati sudah memenuhi standar SNI 01-3926-2006. Kantong udara
pada telur dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar
3. Kantong Udara Telur
Kebebasan Bergerak
Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui kebebasan
bergerak dari telur ayam ras yang diamati sebagian besar (96 %) termasuk
kategori mutu I, sisanya 2 % termasuk kategori mutu II dan 2 % kategori mutu
III. Menurut SNI 01-3926-2006 kebebasan bergerak kategori mutu I yaitu kantong
udara tetap ditempat, mutu II kantong udara bebas bergerak, dan mutu III
kantong udara bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara. Telur yang
memiliki kebebasan bergerak tidak ditempat dan berbusa merupakan telur yang
kurang bagus karena telur tersebut memiliki kuning dan putih telur yang cair.
Putih Telur
Keadaan putih telur diamati melalui kebersihan dan
kekentalannya. Data hasil penelitian keadaan putih telur ayam ras yang diamati
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel
6. Kebersihan dan Kekentalan Putih Telur Ayam Ras yang Diamati.
Keadaan Kantong Udara
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu III
|
|||
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
|
Kebersihan
|
166
|
83
|
0
|
0,0
|
34
|
17,0
|
Kekentalan
|
126
|
63
|
65
|
32,5
|
9
|
4,5
|
Kebersihan Putih Telur
Data pada tabel 6 menunjukkan kebersihan putih telur
ayam ras yang diamati sebagian besar (83 %) berada pada kategori mutu I dan
sisanya 17 % pada kategori mutu III. Menurut SNI 01- 3926-2006 kebersihan putih
telur ayam ras kategori mutu I berarti putih telur bebas dari noda darah,
daging atau benda asing lainnya, dan kategori mutu III berarti pada putih telur
ada sedikit noda, bercak darah tetapi tidak ada benda asing lainnya. Adanya
noda dan bercak darah disebabkan karena penurunan mutu telur yang sangat
dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan. Kerusakan
putih telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur yang
terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya (Haryato, 1996).
Kekentalan Putih Telur
Berdasarkan data pada tabel 6 diketahui kekentalan
putih telur ayam ras yang diamati sebagian besar (63 %) termasuk kategori mutu
I, sisanya 32,5 % termasuk katagori mutu II dan 4,5 % kategori mutu III. Menurut
SNI 01-3926-2006 kekentalan putih telur kategori mutu I berarti putih telur
dalam keadaan kental, kategori mutu II berarti putih telur sedikit encer dan
mutu III berarti putih telur dalam keadaan encer dan kuning telur tercampur
dengan putih telur.
Telur yang masih baru bila dipecahkan bagian putihnya
masih kental sedangkan telur yang usianya 1 minggu putih telur akan melebar.
Telur yang berusia 2 - 3 minggu bagian putihnya jauh lebih luas karena makin
tua usia, putih telur makin encer (Suprapti, 2002). Kondisi putih telur yang
kental dapat dilihat pada Gambar 4 dan putih telur yang encer pada Gambar 5.

Gambar
4. Putih Telur Kental

Gambar
5. Putih Telur Encer
Kuning Telur
Keadaan kuning telur diamati melalui bentuk posisi,
penampakan batas dan kebersihan kuning telur. Data hasil penelitian keadan
kuning telur ayam ras yang diamati dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel
7. Bentuk Posisi, Penampakan Batas dan Kebersihan Kuning Telur Ayam Ras yang Diamati.
Keadaan Kantong Udara
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu III
|
|||
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (Butir)
|
Persentase (%)
|
|
Bentuk posisi
|
182
|
91,0
|
9
|
4,5
|
9
|
4,5
|
Penampakan batas
|
191
|
95,5
|
7
|
3,5
|
2
|
1
|
Kebersihan
|
164
|
82,0
|
0
|
0,0
|
36
|
18
|
Bentuk Posisi
Data pada tabel 7 menunjukkan bentuk posisi kuning
telur ayam ras yang diamati sebagian besar (91 %) berada pada kategori mutu I
dan sisanya 4,5 % masuk kategori mutu II, dan 4,5 % kategori mutu III. Menurut
SNI 01-3926-2006, bentuk posisi kuning telur kategori mutu I adalah kuning
telur berbentuk bulat, bentuk posisi kuning telur kategori mutu II adalah
kuning telur agak gepeng dan bentuk posisi kuning telur mutu III adalah kuning
telur gepeng, agak melebar dan terkadang bisa pecah.
Hal ini disebabkan karena berkurangnya volume,
meningkatnya pH dan bergesernya letak kuning telur dan akhirnya kuning telur
pecah (SNI 01-3926- 2006).
Penampakan Batas
Berdasarkan data pada tabel 7 diketahui penampakan
batas kuning telur ayam ras yang diamati sebagian besar (95,5 %) berada pada
kategori mutu I dan sisanya 3,5 % masuk kategori mutu II, dan 1 % kategori mutu
III. Menurut SNI 01-3926-2006 penampakan batas kuning telur kategori mutu I
adalah tidak jelas, kategori mutu II adalah agak jelas dan kategori mutu III
adalah jelas. Bayangan batas kuning telur yang terlihat jelas disebabkan karena
pengaruh umur yang sudah tua dan pengaruh penyimpanan.
Kebersihan
Berdasarkan data pada tabel 7 diketahui kebersihan
kuning telur ayam ras yang diamati 82 % berada pada katagori mutu I menurut SNI
01-3926-2006 dan sisanya 18 % pada katagori mutu III. Kebersihan kuning telur
kategori mutu I adalah kuning telur bersih dan kategori mutu III adalah pada
kuning telur ada sedikit noda yang menempel. Adanya noda dan bercak darah disebabkan
karena penurunan mutu telur yang sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan
kelembaban ruang penyimpanan. Kerusakan kuning telur dapat pula disebabkan oleh
masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih berada dalam
tubuh induknya (Haryato, 1996).
Haugh Unit (HU)
Nilai
rata-rata dan standar deviasi HU telur ayam ras yang diamati dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel
8. Nilai rata - rata dan Standar Deviasi Haugh Unit Telur Ayam Ras yang
Diamati.
|
Rata – rata
|
Standar Deviasi
|
Haugh Unit
|
56,446
|
4,26
|

Gambar 6. Teknik
Pengukuran Tinggi Kuning Telur

Gambar 7. Teknik
Pengukuran Diameter Kuning Telur
Nilai rata - rata Haugh Unit yang didapat dari hasil
penelitian adalah 56.446 dengan standar deviasi 4,26. Hasil uji t menunjukkan
nilai rata - rata Haugh Unit telur ayam ras yang diamati berbeda nyata dengan
nilai Haugh Unit telur ayam ras menurut SNI 01-3926-2006 yaitu 72 cm. Rendahnya
Haugh Unit disebabkan karena berat telur ayam ras yang diamati rendah sehingga
dapat mempengaruhi tinggi putih telur yang mengakibatkan nilai Haugh Unitnya
menjadi rendah. Kesegaran telur dapat dilihat dari tinggi putih telur. Telur
yang disimpan sampai 10 hari masih menghasilkan nilai rataan HU yang tinggi dan
setelah lewat dari 14 hari nilai rataan HU-nya akan menurun karena penguapan
air (proses evaporasi) dan kekentalan
pada putih telur juga semakin menurun sehingga putih telur menjadi encer
(Anonimus, 2009).
PENUTUP
Kesimpulan
Telur adalah suatu tempat penimbunan zat
gizi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang
diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Berdasarkan SNI
06-3926-1995 , klasifikasi standar telur ayam didasarkan pada jenis telur,
warna kerabang (kulit telur), berat telur.
Berdasarkan SNI 01-3926-2006, didalam menentukan mutu
telur ditentukan oleh :
a)
Mutu bagian luar, meliputi bentuk dan
warna kulit, permukaan telur, keutuhan dan kebersihan kulit telur.
b)
Mutu bagian dalam, meliputi kekentalan
putih dan kuning telur, posisi kuning telur dan ada tidaknya noda atau bintik
darah pada putih atau kuning telur.
Untuk menentukan standarisasi telur terdapat beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan, diantaranya :
a)
Kebersihan telur
b)
Bahan pembantu yang digunakan.
Pengemasan yang digunakan.
Kerenn pembahasanya
BalasHapus